Thursday, June 18, 2009

kabar

Ada banyak kisah yang terjadi dalam seminggu ini.Tidak hanya kisah kesukaan tapi juga kisah kedukaan. Semuanya silih berganti memberikan warna-warna yang indah dalam hidup. Apalah artinya hidup kalau semuanya hanya tentang yang "indah". Bukankah saat kita menderita kita menjadi tahu apa artinya kebahagiaan? Berterima kasihlah kepada penderitaan. karena tanpa itu hidup tidak akan pernah lebih indah.

Kabar pertama datang dari salah seorang dokter jantung di Jakarta yang mengabarkan kalau saat ini Indonesia sedang mengembangkan obat Hipertensi Pulmonal(PH) yang berasal dari Amerika. Di Amerika sendiri saat ini obat tersebut sudah diakui oleh pemerintah dan mampu memberikan kehidupan yang lebih normal bagi penderita penyakit tersebut. Namun di Indonesia obat tersebut masih dalam proses perizinan dan oleh karena itu dibutuhkan relawan yang menderita penyakit tersebut untuk ujicoba obat tersebut. Ini kabar baik, suatu harapan. Pihak rumah sakit membutuhkan 30 pasien penderita PH. Semoga harapan itu terus bercahaya dan semakin terang.

Kabar kedua berasal dari teman lamaku. Lebih dari 3 tahun tidak ketemu dan tidak ada kontak dengan dirinya. Banyak cerita yang mengalir dari pembicaraan kami. Selayaknya perempuan yang sedang berbicara, suasana berisik menjadi sesuatu yang pasti. Namun, tidak lama. Suasana itu berubah menjadi situasi sepi yang menyesak.
Me : Bagaaimana kabar si kecil? udah berapa bulan?
H : Nora.. aku sudah cerai setahun yang lalu.
Me : cerai?
H : Iya.. cerai dan aku baik-baik saja.

Sunyi sejenak. Sebelum aku kembali melanjutkan pertanyaan mengapa, kapan dan bagaimana. Singkat jawabanya, KDRT. Hanya bertahan 11 bulan dan itu sudah termasuk beberapa bulan pisah rumah. KDRT lagi.. pikirku. Stasiun TV saat ini masih hangat-hangatnya membicarakan kasus KDRT yang menimpa artis seperti Manohara dan Cici Paramida. Saat ini temanku ternyata mengalami hal yang sama. Apa pun alasannya, kekerasan itu tidak dapat diterima. Seemosi apa pun laki-laki tetap saja dia tidak punya hak untuk memperlakukan perempuan dengan kekerasan. Aku mengenal temanku ini, bukan orang yang mudah untuk mengambil keputusan yang sesulit ini. Ini masalah janji pernikahan. Janji kepada sang Pencipta Pemilik Cinta Abadi. Tapi persoalan menjadi berbeda. Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri. Masa pacaran selama 9 tahun ternyata belum cukup untuk mengenal laki-laki itu. Ini bukan persoalan lama atau tidak dalam pacaran. Tapi cukup ironis bagi temanku ini, masa pacaran lebih lama dibandingkan masa pernikahan mereka yang hanya bertahan 11 bulan. Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka. Aku hanya tersenyum padanya, aku tahu dia sudah bosan untuk dikasihani dengan statusnya saat ini. Aku hanya berkata, Life must go on.. leave all behind. Tidak perlu mempersoalkan atau mempersalahkan dia akan keputusan perceraian yang diambil. Tidak cukup layak bagiku untuk mempermasalahkan keputusannya dan aku tahu dia sangat menderita dengan semua peristiwa itu. Biarlah semua alasan itu tersimpan di hatinya.

Kabar selanjutnya, datang dari teman SMU. Aku terima sms itu di pagi hari. Masih dalam kondisi setengah ngantuk namun diharuskan bangun pagi untuk segera mempersiapkan diri ke kantor. Isinya cukup singkat. Nora.. mama ku meninggal. Ohh... kematian. Sesuatu yang pasti dan dekat dengan manusia. Aku tahu bagaiamana arti kehilangan orang yang kita sayangi oleh karena kematian. 12 tahun yang lalu aku mengalaminya. Sedih, takut, kecewa menjadi suatu pukulan yang sulit untuk diungkapkan. Saat itu sendiri aku tidak bisa menangis dengan airmata. Aku ingat, saat itu aku dipaksa agar menangis melepaskan semua kesedihan. Namun aku tidak bisa, hanya tertunduk dan tidak mau melihat sekelilingku.Benar kata orang, menangis tanpa airmata adalah kesedihan yang teramat dalam.

Aku tahu sudah 6 bulan terakhir mama nya harus bergumul dengan penyakit kanker paru. Berpindah-pindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit telah dilakoni. Namun penyakit tersebut tetap bertahan. Kanker Paru. Bukan penyakit ringan, terutama saat pertama hasil diagnosis dokter mengatakan sudah sampai pada stadium 3. Artinya, tipis kemungkinan untuk sembuh berdasarkan kaca mata medis. Akhirnya, tgl 17 Juni 2009, berita itu datang. Perjanjian dengan sang Pemilik Nafas kehidupan sudah selesai. Bukankah ketika kita dianugerahkan hidup olehNya saat itu juga kita menandatangani suatu perjanjian yang dimateraikan. Perjanjian usia kita belajar di bumi. 30 tahun, 40 tahun, 60 tahun atau 1 hari, 1 jam, semuanya tergantung perjanjian itu. Bumi hanya tempat untuk belajar bagi kita. Kelulusan kita tergantung dengan apa yang kita pelajari di bumi. kehidupan kekal itu ada dan akan menyambut kita. Membaca pesan singkat itu, aku hanya membalas dengan kalimat singkat. "Aku mengerti rasanya, kalau butuh teman untuk cerita aku ada".

Kabar dariku belum ada. cerita yang kulalui masih kosong. belum satu huruf pun tertulis disana. saat ini aku masih mencoba merangkai kata-kata apa yang ingin kutulis didalamnya. Tapi aku mau, di buku itu tertulis kata-kata yang indah. Tentang aku dan tentang dia. Namun aku mau, yang menggerakkan tanganku bukanlah pikiranku semata tapi digerakkan oleh DIA pemilik hidupku. Biarlah rencananya yang tertulis di buku itu.

No comments: