Tuesday, August 26, 2008

Lubang Hitam (Black Hole)

Pagi ini tidak ada yang berubah. Matahari masih setia dengan janjinya untuk selalu terbit dari timur. Manusia masih tampak sama dengan aktifitas mengejar hari. Berlomba saling mendahului untuk menjadi yang tercepat. Aku hanya memandang dari kejauhan setiap fenomena lazim yang ada di depanku saat ini. Berusaha untuk menjadi bagian dari komunitas pagi. Namun aku heran, mengapa mereka tidak dapat melihatku di sini?

Saat ini aku berada pada sebuah lubang hitam (black hole) yang menyerap semua cahaya yang kumiliki. Ya.. cahaya itu sudah redup digantikan dengan kegelapan. Setitik cahaya lilin pun tidak akan tampak lagi. Terlalu gelap. Tidak ada cahaya yang mampu meneranginya. Karena setiap kali aku coba untuk meraih cahaya, maka gravitasi lubang hitam akan semakin dalam menarikku dan meleburkan setiap cahaya yang mencoba mendekatiku. Tanganku sendiri tidak cukup untuk menggapai tepian. Dimana mereka? Mengapa semua terdiam. Kemana objek komunitas pagi itu pergi? Bukankah tangan-tangan mereka bisa membantuku ke atas? Tidak...tangan mereka sama pendeknya dengan tanganku. Semakin aku menarik tangan mereka, maka mereka akan terjatuh sama sepertiku di lubang hitam ini.

Semakin aku tertarik ke dalam pusarannya, semakin jelas akhir yang akan kulalui. Haruskah ada kematian yang kembali membayangi? Tidak cukupkah sekali saja aku jatuh ke dalam lubang hitam . 11 tahun yang lalu aku terjatuh namun masih ada tangan yang mengangkatku untuk bangkit. Masih ada sisa kekuatan yang kuandalkan untuk kembali berdiri dan berlari menjauhi lubang hitam. Tapi kini, darah pun enggan untuk mengalir di setiap pembuluh darah. kepahitan, kehancuran terlalu dalam melesap ke relung jantungku. Menyakitkan.

Tidak banyak yang bisa kulakukan di sini. Semuanya sudah hancur. Dementor akan berteriak menang atas diriku. Aku terlalu lemah untuk bangkit dan mencoba keluar dari lubang hitam ini. Mengapa harus ada kata sia-sia dalam kamus manusia. Kata yang selalu dicoba untuk dihapus dari pikiran namun tidak dapat ditentang kehadirannya. Semua butuh proses untuk akhir dari sesuatu. Akhir bukan keinginanku. Akhir, bukan bagianku. Bagianku hanya sebuah proses. Proses untuk menuju akhir. bagaimana akhir hidupku dalam lubang hitam ini, aku tidak tahu. Hancur atau bertahan. Saat ini aku masih dalam proses untuk akhir itu dan sekali lagi, aku tidak tahu apa akhir dari semua ini. Mataku sendiri pun sudah cukup buta diselimuti kegelapan. Pikiranku hilang direbut kegelapan. Namun hatiku, masih bersinar. Aku masih setia untuk menjaganya. Karena aku tahu, dimana hatimu berada di situ hartamu berada. hatiku adalah hartaku.

1 comment:

Anonymous said...

semangat... kadang meredup atas keputusasaan. namun bukan waktunya untuk mati, karena sahabat akan selalu temani.
semangat ya