Wednesday, July 2, 2008

Aku Ingin Keajaiban

Keajaiban, mujizat, miracle itu yang kuinginkan saat ini. Satu keajaiban yang bisa mengembalikan hari-hari di keluargaku seperti dulu lagi. Keajaiban yang mampu mematahkan semua diagnosa, pendapat, vonis dokter-dokter yang hanya berkata-kata tanpa melihat apa yang selanjutnya terjadi di keluarga kami.

Semuanya berlangsung cepat. Tidak ada pertanda atau sinyal bagi kami untuk mempersiapkan diri. Tiba-tiba saja semua harus berubah. Hipertensi Pumonal Primer. Yah.. dokter memvonis saudaraku, dengan penyakit yang sangat asing bagi kami. Hipertensi Pumonal Primer atau dikenal dengan Hipertensi Paru. Semula kami menganggapnya hanya sejenis penyakit hipertensi biasa. Asal mampu mengontrol tekanan darah maka penyakit itu tidak akan berbahaya. Namun, kenyataan yang harus diterima berbeda. Hipertensi Paru. Penyakit langka di dunia. Salah satu sumber mengatakan kalau penyakit ini hanya diderita 2 atau 3 dari satu juta penduduk di dunia. Artinya, jenis penyakit yang jarang terjadi dan hingga saat ini tidak ada pengobatan yang mampu menyembuhkannya. Dokter, obat-obatan hanya mampu memperlambat penyakit itu bereaksi melumpuhkan jantung kanan. Artinya, setiap hari harus berperang dengan penyakit itu.

Mengapa kami yang harus dipilih untuk mengalaminya? Aku tahu banyak dukungan dari orang-orang sekitar kami namun mereka tidak akan pernah tahu bagaimana perasaan kami. haruskah kami kehilangan lagi satu orang yang kami sayangi? Ini seperti sinetron yang menguras airmata penontonnya. Namun sekarang, aku bukan penonton tapi pelaku dan ini bukan sinetron dengan sang sutradara yang mampu mengubah cerita sesukanya melainkan kenyataan yang harus kami hadapi suka atau tidak suka, siap atau tidak siap namun sudah terjadi dan harus dihadapi.

Saat ini aku masih kuat untuk berdiri di atas kakiku sendiri. Menghadirkan senyum dan tawa di hadapan orang lain. Terutama di hadapan keluargaku, kaka ku. Namun sayang, aku tidak berhasil untuk menjadi orang yang kuat bagi diriku sendiri. Sisi manusiawi ku selalu hadir di saat-saat kesendirianku. Ingin ku berlari meninggalkan semua ini, namun aku bukan terlahir sebagai seorang pecundang. Hingga kini masih ada tanya, mengapa harus dia?? Terlalu banyak yang sayang kepada dia. Terlalu banyak yang akan kehilangan dia. Mengapa bukan aku saja? Tidak bisakah aku yang menggantikan posisi dia? Yang akan kehilangan akanku tidak akan sebanyak orang yang kehilangan dia. Masih banyak misi dan pekerjaan yang harus dikerjakannya di dunia ini.

Aku butuh keajaiban. Keajaiban untuk berkata-kata di depan semua dokter kalau mereka semuanya salah dan mereka bukan Tuhan. Mungkin kah??

3 comments:

Anonymous said...

jones,
hidup ada yang mengatur...
keep spirit..

Anonymous said...

coba cek sama dokter yang lain dulu, nor.
hipotesa dokter satu dengan yang lainnya kadang bisa berbeda.
aku turut sedih dengar cerita kakakmu itu.
mudah2an vonis tsb tidak benar adanya.

dan dukungan keluarga serta orang2 terdekat adalah penyembuh yang paling ampuh...

Alex Maslo said...

terkadang, kita beranggapan, kedekatan dengan ajal atau kematian orang yang kita cintai adalah cobaan, kesialan, dan hal-hal negatif lainnya.

padahal, dibalik itu, sebenarnya orang yang kita cintai tersebut memang muncul di kehidupan kita untuk memainkan peran tersebut.

ini merupakan hukum abadi alam, bahwa masing-masing orang memiliki perannya, begitu juga dengan diri kita. peran apa yang kita mainkan? kita sendiri yang memilih dan menentukannya.

alam juga ikut mengambil peran. terkadang, alam bisa memihak kita, terkadang juga tidak, tergantung kepada hukum apa yang lebih kuat yang mengarahkannya.

pengalaman akan menguatkan manusia.

aku akan memainkan peranku dari jauh...untuk nora...teman yang belum begitu kukenal...tapi telah banyak berbagi keceriaan denganku..