Tuesday, July 8, 2008

langkah pertama

Pukul 10.00 WIB, akhirnya pesawat tersebut membawanya terbang menjemput asa yang ada di kota tersebut. Kami hanya memandang ke atas hingga pesawat tersebut lenyap dibalik awan. Kami sudah berjanji tidak akan ada airmata yang mengantarkannya. Ini bukan waktunya menangis karena kami menghantarkannya pergi untuk meraih kehidupan dan bukan sebaliknya. Harapan. Itu kata penghiburan yang selalu kudengar di saat-saat seperti ini. Betapa berartinya kata tersebut. Ada begitu banyak kata namun hanya kata itu yang mampu menguatkan pada situasi seperti ini.

Hidup adalah pengharapan. Tanpa pengharapan segala sesuatuanya akan sia-sia. Setiap tindakan yang dilakukan dikarenakan pengharapan. Besar atau kecil pengharapan tersebut tidak menjadi masalah. Selagi ada pengharapan maka selama itu setiap tindakan yang dilakukan tidak akan pernah sia-sia. Bukan soal menang atau kalah tapi ini mengenai perjuangan sampai titik akhir suatu pertandingan. Bukan kah hidup itu suatu pertandingan? Kita bertindak sebagai atlit yang bertanding hingga garis finish. Kita akan dilihat sebagai atlet yang mampu meraih garis finish atau atlet yang mundur di tengah-tengah pertandingan.

Situasi ini mengingatkanku pada 11 tahun yang lalu. Dejavu. Masih jelas pada ingatan apa yang terjadi 11 tahun yang lalu. Sebuah situasi yang tidak ingin kuulang kembali namun kini telah terjadi dan harus dihadapi. Aku berada pada situasi yang sama. Kondisi yang membuatku lebih mengerti akan makna hidup yang tidak sekedar hura-hura dan bersenang-senang. Lebih mengerti akan arti hidup dan lebih menghargainya. Namun kini, aku mau akhir yang berbeda. Dulu aku mencapai garis akhir namun dengan airmata dukacita kini aku mau mencapai garis akhir dengan tawa sukacita. Bukankah harapan itu selalu ada?

1 comment:

Anonymous said...

it's a good step to take
hopefully, she will get better soon